Guru (dari Sanskerta: गुरू
yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat")
adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya
merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Secara umum Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) merupakan prodi yang dirancang untuk menghasilkan guru SD yang professional, berwawasan luas, serta memiliki keunggulan dan ketrampilan agar dapat menghasilkan anak bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Dalam kontribusinya, guru SD (Sekolah Dasar) berperan besar terhadap pembangunan karakter peserta didik. Pendidikan Sekolah Dasar yang dijalani selama enam dapat dijadikan sebagai periode investasi peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru.
Dalam kenyataannya kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan para pelajar saat ini semakin menjadi-jadi. Seperti misalnya tawuran antar pelajar. Bahkan beberapa waktu lalu terjadi tawuran antar pelajar SD. Seperti yang diberitakan KOMPAS.com berikut ini.ni.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) merupakan prodi yang dirancang untuk menghasilkan guru SD yang professional, berwawasan luas, serta memiliki keunggulan dan ketrampilan agar dapat menghasilkan anak bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Dalam kontribusinya, guru SD (Sekolah Dasar) berperan besar terhadap pembangunan karakter peserta didik. Pendidikan Sekolah Dasar yang dijalani selama enam dapat dijadikan sebagai periode investasi peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru.
Dalam kenyataannya kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan para pelajar saat ini semakin menjadi-jadi. Seperti misalnya tawuran antar pelajar. Bahkan beberapa waktu lalu terjadi tawuran antar pelajar SD. Seperti yang diberitakan KOMPAS.com berikut ini.ni.
BOGOR,
KOMPAS.com
— Kualitas dan kuantitas perkelahian antarpelajar atau tawuran di Kota Bogor,
Jawa Barat, meningkat hingga menyebabkan setidaknya dua pelajar menjadi korban
setiap bulan. Bahkan, ada kecenderungan pelajar sekolah menengah pertama dan
sekolah dasar ikut terlibat.
Data dari Satuan
Tugas Pelajar Dinas Pendidikan Kota Bogor menunjukkan, selama kurun waktu
2008-2012, setidaknya 93 pelajar SMP, SMA, dan SMK menjadi korban perkelahian
atau tawuran. Dari jumlah itu, sebanyak 10 pelajar tewas, 4 cacat, dan sisanya luka
berat serta luka ringan.
"Sekarang
ada kecenderungan merembet. Kalau pada awal satuan tugas terbentuk 12 tahun
lalu mayoritas perkelahian di SMK, sekarang ada yang SMP, malah belakangan ini
SD," tutur TB Muhamad Ruchjani, Ketua Harian Satuan Tugas Pelajar Dinas
Pendidikan Kota Bogor, Selasa (6/3/2012).
Beberapa waktu
lalu, Satuan Tugas Pelajar Dinas Pendidikan Kota Bogor bahkan menemukan siswa
SD yang membawa gir (dasar roda gigi) di tas.
"Anak SMP
dan SD belajar dari perilaku senior-senior mereka. Lalu, ada regenerasi tawuran
dan kekerasan," kata Ruchjani.
Berdasarkan
pendataan Dinas Pendidikan Kota Bogor, mayoritas perkelahian pelajar berupa
pencegatan siswa sekolah tertentu terhadap siswa sekolah lain.
Dalam empat
tahun terakhir, kasus perkelahian pelajar yang terjadi di SMK mencapai 80 kasus
(5 tawuran, 75 pencegatan), sedangkan yang melibatkan siswa SMP sebanyak 18
kasus (2 tawuran, 16 pencegatan).
Siswa SMP yang
mengalami luka-luka mencapai 16 orang, sedangkan siswa SMA yang terluka
tercatat 14 orang. Korban luka terbanyak adalah siswa SMK, yaitu 63 orang, dan
10 orang di antaranya tewas.
Namun, Ruchjani
berkeyakinan, data tersebut jauh lebih sedikit daripada realitasnya.
Beberapa siswa
yang terlibat perkelahian antarpelajar yang terjaring razia dan diamankan
polisi dalam beberapa kejadian kerap mengaku tidak mengetahui akar permusuhan
antarsekolah.
Siswa yang
ditanyai Kompas mengaku hanya disuruh oleh para senior, termasuk alumnus atau
yang dipecat dari sekolah mereka.
Adanya kasus ini membuktikan
bahwa anak-anak mudah terhasut oleh pengaruh gengsi dan takut dikucilkan.
Kasus-kasus seperti ini juga bisa jadi disebabkan karena sikap para pelajar
yang mau menang sendiri dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Perilaku
seperti ini jika dibiasakan sejak dini maka akan membuat seseorang menjadi
karakter yang emosional, egois, tidak memiliki rasa tanggung jawab, dll.
Apabila anak-anak tidak dididik secara baik, maka jika sudah remaja atau pun
dewasa sulit untuk diperbaiki.
Untuk itu, di masa
anak-anak (SD) perlu diterapkan pembelajaran yang melatih karakter positif.
Karena di masa itu, anak-anak lebih mudah dilatih untuk membentuk pribadi dan
karakter yang kelak dimiliki oleh seseorang. Di saat itulah peran guru SD
sangat penting dalam membangun karakter. Dalam realitanya, guru SD bagaikan
dewa bagi peserta didik. Nasihat guru lebih didengarkan daripada nasihat orang
tua.
Namun dewasa ini para
orang tua sudah mulai cerdas dalam memilih lembaga pendidikan (sekolah) untuk
anak-anaknya. Para orang tua sudah menyadari bahwa pendidikan karakter di SD
lebih efektif. Mereka lebih memilih sekolah-sekolah dengan memiliki program
yang lebih. Misalkan ada ekstrakurikuler untuk mengembangkan minat dan bakat
peserta didik, adanya tambahan pendidikan agama untuk meningkatkan religiusitas
peserta didik. Oleh karena itu, guru SD juga harus memiliki ilmu pendidikan
yang memadai, memiliki keunggulan, kreatif, dan dapat memotifasi peserta didik
agar memiliki karakter yang positif.
id.wikipedia.org/wiki/Guru diakses
tanggal 5 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar